Kupanggil Namamu dalam Hening Rindu
kupanggil namamu dalam hening rindu
ketika bara nyala di jurang gelap
dan tanggatangga jatuh menimpa
ada getir yang tumbuh dalam kegelapan itu
tak ada lentera jiwa
kupanggil namamu dalam sunyi pilu
ketika darah semakin ngalir meresap
dan jarum-jarum menyuntik daging
serupa kaing anjing yang kesakitan
ngilulah bertetes-tetes empedu racun
lalu kemana sajakah dirimu yang terkasih
kupanggil namamu berulang-ulang
sepertinya engkau enggan datang
lalu kemana sajakah cahaya putih
kupanggil namamu berkali-kali
sekerat dagingku meniadakan takdir diri
kupanggil namamu dalam hening rindu
serupa arca yang membisu
cinta yang harap
hujan melelehkan perjalanan
arca-arca sunyi
semakin batu
lalu kemana sajakah nyanyi nostalgia
kupanggil namamu berkali-kali
halaman-halaman rindu dalam pada kertas-kertas usang
cinta yang debar semakin rajin mengirim doa
Jakal KM 14 Jogja, 01 September 2012
Setiaku
hujan selalu mengingatkanku
akan keberadaan rindu yang bergeletar
memanggil namamu
hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang hilang
membawa arus sejarah tenggelam ke laut biru
hujan selalu mengingatkanku
akan senandung gelisah keberadaanmu memudar
aku kawatir kehilangan kenangan itu
hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang usang
membawa rindu senja pada rona jingga di langit yang tak lagi biru
hujan selalu membawaku
kepingkeping rindu kian usang
namun kakiku setia merunut cintamu
hujan selalu membawaku
selamat datang keping-keping sunyi
bertambahlah kesunyian yang aku miliki
senandung kesetiaan yang usang namun abadi
cintaku
Jakal KM 14 Jogja, 07 Oktober 2012
*) Dimuat Joglosemar, 9 Juni 2013
kupanggil namamu dalam hening rindu
ketika bara nyala di jurang gelap
dan tanggatangga jatuh menimpa
ada getir yang tumbuh dalam kegelapan itu
tak ada lentera jiwa
kupanggil namamu dalam sunyi pilu
ketika darah semakin ngalir meresap
dan jarum-jarum menyuntik daging
serupa kaing anjing yang kesakitan
ngilulah bertetes-tetes empedu racun
lalu kemana sajakah dirimu yang terkasih
kupanggil namamu berulang-ulang
sepertinya engkau enggan datang
lalu kemana sajakah cahaya putih
kupanggil namamu berkali-kali
sekerat dagingku meniadakan takdir diri
kupanggil namamu dalam hening rindu
serupa arca yang membisu
cinta yang harap
hujan melelehkan perjalanan
arca-arca sunyi
semakin batu
lalu kemana sajakah nyanyi nostalgia
kupanggil namamu berkali-kali
halaman-halaman rindu dalam pada kertas-kertas usang
cinta yang debar semakin rajin mengirim doa
Jakal KM 14 Jogja, 01 September 2012
Setiaku
hujan selalu mengingatkanku
akan keberadaan rindu yang bergeletar
memanggil namamu
hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang hilang
membawa arus sejarah tenggelam ke laut biru
hujan selalu mengingatkanku
akan senandung gelisah keberadaanmu memudar
aku kawatir kehilangan kenangan itu
hujan selalu menakutkanku
akan kenangan yang usang
membawa rindu senja pada rona jingga di langit yang tak lagi biru
hujan selalu membawaku
kepingkeping rindu kian usang
namun kakiku setia merunut cintamu
hujan selalu membawaku
selamat datang keping-keping sunyi
bertambahlah kesunyian yang aku miliki
senandung kesetiaan yang usang namun abadi
cintaku
Jakal KM 14 Jogja, 07 Oktober 2012
*) Dimuat Joglosemar, 9 Juni 2013
0 comments:
Post a Comment