Saturday 5 July 2014

Apresiasi Puisi: Kerinduan yang Menyayat

Ijinkan Hati Bicara
Karya Lusi Kristiana

Kabut tipis pun turun pelan-pelan
Dari lembah kerinduan
Dan tak aku temukan kau melekat diantaranya
Hilang, pergi dan entah

Aku yang selalu ingin menari
Di bias rembulanmu
Aku yang terlalu ingin kuyup diantara kuntum-kuntum sayapmu
Lalu mekar di atas dada cinta yang pernah kau janji

Oh, adakah yang lebih memikat dari seluruh senduku dari seluruh senduku yang paling mengiba ini?

Solo,12032014

* * *

Kerinduan yang Menyayat

Oleh Ekohm Abiyasa

Lewat puisi, Lusi Kristiana mengungkapkan batinnya kepada seorang kekasih atau bisa jadi kepada Tuhan-nya. Begitu mendalam kerinduan yang ia simpan. Rindu-rindu itu menggumpal atau tebal layaknya kabut di pegunungan atau lembah. Kita lihat, kabut-kabut di pegunungan memangkas jarak pandang karena  saking tebalnya (banyaknya). Meskipun, kabut itu tak setebal air hujan, namun kuantitasnya yang begitu banyak cukup membuat merepotkan kita untuk melakukan perjalanan atau aktivitas.

// Kabut tipis pun turun pelan-pelan / Dari lembah kerinduan / Dan tak aku temukan kau melekat diantaranya / Hilang, pergi dan entah // Namun ia tak menjumpai sosok kekasih yang ia rindukan itu. Betapa menyedihkan kisah cintanya. Pilu!

Akan tetapi ia tak menyerah begitu saja. Ia selalu menampakkan keceriaan di atas penantian atau kerinduannya pada sang kekasih. Ia yakin akan sebuah keajaiban.

Puisi yang cukup berhasil saya kira. Dengan pola rima a-a-b-b, a-b-b-a, a ia menyuratkan keseriusan dalam berpuisi. Puisi baginya adalah hal paling memikat untuk mencurahkan segala perasaan. Baik itu perasaan sedih, senang, mau pun dilema.

Puisi diambil dari grup Facebook Pakagula (privat)

0 comments:

Post a Comment