Wednesday, 18 September 2013

Puisi-puisi Agus Yulianto di Majalah Embun

Pahlawan ‘kosong’

Kita sering mendengar apa itu pahlawan
Tapi seperti apakah pahlawan itu

Apa dia sang gagah perkasa
Dengan geram suaranya
Dan jantan tingkahnya
Untuk mengorbankan jiwa raganya

Apa dia sang pemberani
Dengan lantangnya berkoar-koar di jalanan
Mengatasnamakan pejuang rakyat
“stop kenaikan BBM!!”
“gantung  koruptor!!”
Dan seabrek kata-kata sakti
Yang membuat luluh hati ini
Seperti itukah pahlawan

Pahlawan apakah itu

Ya Indonesia banyak orang mengklaim dirinya pahlawan
Tapi ku tak temukan satu pun pahlawan
Meski  pakai atas nama rakyat
Meski pakai atas nama keadilan
Tapi sungguhnya pahlawan itu ‘kosong’

Surakarta 

*) Dimuat di majalah Embun LAZIZ JATENG


Terbelenggu 

Ketika masa telah berlalu
Aku terperangkap dalam suatu lembah
Di mana lembah itu suram, pekat
Aku pun terkoyak
Hatiku terbelenggu dalam sebuah angan
Aku tak tahu harus kemana kubawa diri ini
Hilang remuk redam sudah hati ini
Terbayangkan oleh ku
Satu titik hitam terarah padaku
Seakan ingin mencabut segala belenggu hatiku
Hancur sudah harapan hidupku
Kini aku mendekap dalam kegelapan
Menangis
Pilu
Terasakan dalam batinku

Surakarta,12 Mei 2012


Sajak Teruntuk Adikku

Dik?
Kenapa tidak sekolah
Dik?
Ayo bangun
Dik?
Ke sekolah yuk? Kakak yang antar
Dik?
Kenapa diam

Beribu kali aku bujuk
Tapi tak ada satu suara pun terdengar
Dia memilih diam
Dia memilih bungkam
Sejenak dalam pikirku
Ada apa adikku?
Adiku tidak mau sekolah
Karna takut
Takut pada Bapak guru
Takut pada Ibu guru

“Mereka marah –marah padaku
Aku memang nakal
Tapi tak senakal yang mereka kira
Aku di pukul!
Aku di tendang!”

Rintihan tangis pun terdengar olehku
Aku hanya diam
Satu hal pikirku
Pak Guru maafkan adikku?
Air mataku menetes

Karanganyar


Angin Cinta

Semilir angin berhembus menghempas wajah kelamku
Angin bercerita padaku
Tentang cinta yang telah berlalu
Tentang harapan akan sebuah penantian
Tentang kerinduan yang terbendung

Angin  mengajak aku menari-nari
Di atas pohon cinta
Ku diajak merasakan sebuah keindahan
Hidup cinta
Hidup kebahagiaan
Semilir angin berhembus dari dahan
Wajahku tersipu sayu
Dalam sebuah kepedihan
Kutumpahkan sedihku dalam tangisku
Karna hanya diri sendiri
Orang lain pun tak kan pernah tahu
Apa itu hati
Apa itu tulus
Apa itu rasa
Semua terasa angin lalu


Puisi untuk Emak

Emak
hari ini aku duduk di antara ratusan orang
Aku bercengkrama dengan lantunan kata-kata menggoda
Hatiku senang mak
Karna aku menjadi Mahasiswa
Emak
Ketika label dalam diriku Mahasiswa
Aku bingung mak
Mahasiswa seperti apa
Apa mahasiswa yang hanya duduk
Yang setiap hari hanya dengar ceramah dosen
Apa mahasiswa yang hanya demo
Biar dapat gelar sang aktivis
Apa mahasiswa yang hanya cari gelar siap saji
Yang jadikan uang sebagai senjata andalannya
Emak
Enak ya jadi mahasiswa
Dulu aku lontang-lantung tidak punya kerjaan
Tapi kini Aku Mahasiswa
Aku pun percaya diri karna aku bukan pengangguran lagi
Emak
Lihatlah anakmu mak
Toga sudah kupakai
Aku menjadi sarjana
Tapi sarjana yang seperti apa mak
Aku bingung harus bagaimana
PNS itu impianku
Tapi aku tidak lolos seleksi PNS
Aku malu Mak
Mak
Kenapa aku tidak lolos PNS
Uang  ya
itu syarat yang terlupakan mak
Tapi apa yang akan kau jual mak!
Ayam, kambing, entah berapa ekor
Kau jual untuk menjadikanku sarjana
Tapi apa yang akan kau jual lagi mak
Untuk menjadikanku PNS
Mak
Pupus sudah harapanku menjadi PNS
Maafkan aku mak


**) Penyunting Ekohm Abiyasa

0 comments:

Post a Comment