Dimuat di Solo Pos (14/02/2015)
Fenomena kuliner Indonesia berwatak paradoksal. Salah satu ungkapan Jawa menandai hal ini, yaitu keplek ilat,
yang berarti sifat suka njajan di warung. Ungkapan ini merupakan
ekspresi kegemasan para ibu rumah tangga, terutama di desa Jawa,
terhadap kegemaran sang suami yang lebih mantep kalau njajan di warung.
Memang agak kasualistik, kalau tempat warung jajan si suami itu ternyata
bakul-nya berwajah ayu dan menarik perhatian –mungkin janda kempling-
yang membuat para lelaki itu betah nongkrong di warung seharian daripada
menikmati makanan rumahan istri-istri mereka.
Tulisan ini mencoba ‘memperbincangkan’ gaya hidup kuliner para keplek
ilat ini serta bisnis kuliner yang telah mereduksi tentang gaya hidup
makan makanan sehat ala rumahan.
Bisnis kuliner harus diakui mereduksi tentang gaya hidup keluarga
dalam bersantap makanan. Bisnis kuliner memajang berbagai menu makanan,
entah itu dari makanan khas desa, mancanegara, hingga makanan yang cukup
ekstrim disantap (dalam hal ini contohnya, warung kawi usa, atau iwak
asu, yang menjual daging anjing). Gaya hidup yang konsumtif tentu
mengamini bahwa seorang petualang kuliner semacam pak Bondan, harus
mencoba mencicipi semua tempat jajanan warung yang unik dan eksotis di
seluruh Indonesia ini. Ongkos untuk menikmati makanan seperti ini
cenderung mahal dan borjuis. Sementara sikap hidup yang bersahaja dan
sederhana, yang dicontohkan oleh orang-orang besar di jaman dulu, tentu
amat berbeda dengan gaya hidup keplek ilat seperti ini. Contohnya
founding father yang kebanyakan pelaku gaya hidup sederhana dan
bersahaja. Mereka adalah orang rumahan yang suka hidup prihatin dan
berpuasa misalnya. Mahatma Gandhi, Hatta, dan Haji Agus Salim. Mereka
tidak sempat lagi memanjakan lidah atau mengenyangkan perut karena sibuk
mengurusi hal-hal besar dalam revolusi-revolusi yang mereka
perjuangkan.
Pun bisnis kuliner saya percaya menjauhkan orang dari kualitas makanan
rumahan dan kebersahajaan serta makanan sehat ala rumah. Fakta memang
menunjukkan di jaman sekarang, tempat kuliner bergeser secara
substansial. Tempat kuliner atau warung yang unik dan khas, menjadi
tempat nongkrong, meeting, hangout, kencan, dan pertemuan bisnis. Tempat
kuliner bukan sekadar sebuah warung tempat membuang bosan para keplek
ilat yang jenuh dengan masakan rumah atau karena tertarik dengan janda
kempling si empunya warung. Di warung orang-orang sekarang membangun
bisnis, jaringan, hingga konon tempat menemukan pasangan hidup.
Namun jika kita sempat membaca novel The Remains of The Day,
karangan Kazuo Ishiguro, kita akan menemukan bahwa masakan rumah dan
pelayanannya adalah sebuah hal yang ekslusif dan mempunyai peran penting
dalam revolusi sebuah negara. Kisah dalam novel ini memang menceritakan
tentang kisah seorang kepala pelayan rumah tangga di sebuah rumah
bangsawan Darlington Hall milik Lord Darlington. Kepala pelayan mereka
yang arif bijaksana itu bernama Stevens. Rumah tersebut mempertemukan
beberapa tokoh seperti Mr. Churcill, Her Ribbentrop tangan kanan Hitler,
dan orang-orang penting di jaman itu. Meja makan dan hidangan sehat
serta lezat menjadi tempat bertemu dan berdiskusi orang-orang besar itu
dalam merumuskan revolusi negara-negara mereka.
Dari novel inilah, suasana rumah yang classy dan berkelas serta
tempat makan yang berkualitas menjadi sebuah wahana bagi orang-orang
besar untuk merumuskan suatu negara.
Tapi, novel belakangan pun, seperti novel yang ditulis oleh Laksmi Pamuntjak yaitu Aruna dan Wabahnya,
konon menceritakan tentang pesona wisata kuliner di Indonesia. Bahkan
dikatakan novel ini adalah novel kuliner yang beraroma sastra. Para
penggemar sastra dimanjakan lidahnya di novel ini dan para penikmat
kuliner dapat menikmati pesona kuliner dalam perspektif baru: sastra.
Makanan Sehat Ala Rumahan adalah Sebuah Berkah
Sekali lagi saya percaya bahwa makanan sehat yang dibuat seorang ibu
atau istri tercinta adalah kemewahan. Keahlian memasak dan menghidangkan
makanan di rumah adalah sebuah berkah bagi keluarga harmonis. Pun, saya
cenderung lebih mengamini tentang gaya hidup sehat adalah makanan yang
terjaga kualitasnya serta terjaga faktor ekonomisnya. Bahkan kalau bisa
terjaga barokahnya. Insya Allah.
Namun diakui juga perempuan di jaman sekarang banyak yang tidak bisa
memasak. Mereka lebih banyak belajar tentang bisnis, membangun jaringan,
making money, tetapi mereka lupa belajar untuk memasak. Waktu bersama
keluarga yang biasanya berada di meja makan mulai bergeser di luar
rumah, di tempat wisata atau di warung kuliner.
Sejatinya, menghidangkan makanan untuk keluarga dan kepandaian para
istri dan ibu rumah tangga mengolah masakan adalah sebuah jiwa bagi
rumah tangga yang kokoh dan harmonis. Bahkan, karena suasana rumah yang
homey inilah banyak lahir seorang laki-laki yang kuat dan hebat, serta
tumbuh anak-anak yang sehat yang dibesarkan oleh makanan sehat ibunya,
yang kelak akan menjadi seorang pemimpin-pemimpin besar.
Para pemimpin Indonesia adalah contoh seperti itu. Mereka ingat akan
karakter ibu mereka yang biasa mengasuh mereka dan memberi mereka asupan
gizi yang sehat dari makanan-makanan rumahan mereka. Tidak ada kisah
bahwa pemimpin-pemimpin besar itu selalu berkumpul di warung kuliner
atau suka jajan di warung.
Makanan Sehat yang Sederhana tapi Berkualitas
Makanan sehat yang disajikan di rumah tidak harus selalu mahal untuk
disebut berkualitas. Makanan sehat bisa hadir di rumah yang sederhana
dan bersahaja. Pun bisa ditumbuhkan dari lahan sekitar kita yang bisa
ditanami sayur dan buah-buahan. Bahan makanan juga tidak harus selalu
impor dan komplet ala 4 sehat 5 sempurna. Kualitas bisa dicapai dengan
kesederhanaan. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam di lingkungan
sekitar kita, seperti bayam, pepaya, singkong, kacang panjang, juga bisa
menjadi pilihan yang ekonomis juga berkualitas. Telur ayam kampung yang
dipelihara sendiri juga bisa menjadi asupan gizi. Bahkan susu kambing
yang kita pelihara pun bisa memberikan gizi yang terbaik bagi keluarga.
Sudah saatnya rumah-rumah kita didesain untuk tempat menanam sayuran
serta produsen makanan sehat seperti ini. Manfaatkan lahan kosong untuk
bertanam sayur dan buah-buahan. Bahkan, di jaman sekaang dikenal dengan
istilah tanaman organik yang ditanam tanpa lahan tanah. Cukup dengan
instalasi yang sederhana dan murah bisa membuat lahan di tempat yang
sempit, baik itu di kota maupun di perumahan. Malah, jika lahan ini bisa
produktif dapat juga membantu perekonomian rumah tangga.
Perlu juga dibentuk sikap sederhana dan bersahaja, tidak suka jajan
di warung kecuali memang terpaksa harus membeli di warung. Hal ini
ditanamkan dari anak-anak hingga kepada pasangan. Selain gaya hidup
sederhana ini bisa membuat pengeluaran tidak membengkak, dan akan lebih
menanamkan sikap bersahaja dalam rumah tangga. Uang bisa diarahkan pada
hal-hal yang lebih prioritas lagi.
Seorang perempuan juga harus melengkapi keahlian memasak untuk
keluarga. Table manner yang indah juga bisa menjadi faktor kelanggengan
rumah tangga terutama dengan pasangan. Seorang perempuan cantik tidak
bisa memasak terkadang menjadi ‘cermin buruk’ di mata suami yang tentu
ingin merasakan masakan rumah atau tatkala ia kangen dengan masakan
rumah yang dulu pernah dibuatkan ibunya.
Sekali lagi, Makanan Sehat Bukan Gaya Hidup Keplek ilat
Sekali lagi makanan sehat bukan hegemoni restoran atau tempat makan
kuliner yang direkomendasikan oleh televisi, pak Bondan, dan para keplek
ilat yang memenuhi warung-warung kuliner.
Gaya hidup kuliner di satu sisi adalah konsumtif yang dikemas dalam
gaya hidup modern. Tidak harus selalu dituruti walaupun kadang ia
dimanipulasi menjadi wahana kegembiraan bagi keluarga modern.
Kebahagiaan sejati lebih tumbuh pada kebersamaan keluarga, teman,
saudara yang cukup mengenal tentang diri kita, keluarga kita dan
anak-anak kita. Salah satu cara itu bisa kita undang mereka hadir di
tengah keluarga kita, bersantap makanan bersama kita. Bagi mereka yang
kaya dan bangsawan mungkin bisa menghadirkan suasana Darlington Hall
bagi relasi-relasi bisnis yang penting. Kesejatian memang menjadi
attitude yang perlu kita capai terutama dalam bersantap makanan sehat.
Dan sebagai pungkasan, makanan sehat ala rumahan dalam keluarga yang
nyaman adalah sebuah berkah dari untuk keluarga Indonesia.
0 comments:
Post a Comment