Monday 16 February 2015

Laku Keplek Ilat dan Bisnis Kuliner oleh Andri Saptono di Solopos (14/02/2015)

bancakan-bisnis-jabarcom
Dimuat di Solo Pos (14/02/2015)

Fenomena kuliner Indonesia berwatak paradoksal. Salah satu ungkapan Jawa menandai hal ini, yaitu keplek ilat, yang berarti sifat suka njajan di warung. Ungkapan ini merupakan ekspresi kegemasan para ibu rumah tangga, terutama di desa Jawa, terhadap kegemaran sang suami yang lebih mantep kalau njajan di warung. Memang agak kasualistik, kalau tempat warung jajan si suami itu ternyata bakul-nya berwajah ayu dan menarik perhatian –mungkin janda kempling- yang membuat para lelaki itu betah nongkrong di warung seharian daripada menikmati makanan rumahan istri-istri mereka.

Tulisan ini mencoba ‘memperbincangkan’ gaya hidup kuliner para keplek ilat ini serta bisnis kuliner yang telah mereduksi tentang gaya hidup makan makanan sehat ala rumahan.

Bisnis kuliner harus diakui mereduksi tentang gaya hidup keluarga dalam bersantap makanan. Bisnis kuliner memajang berbagai menu makanan, entah itu dari makanan khas desa, mancanegara, hingga makanan yang cukup ekstrim disantap (dalam hal ini contohnya, warung kawi usa, atau iwak asu, yang menjual daging anjing). Gaya hidup yang konsumtif tentu mengamini bahwa seorang petualang kuliner semacam pak Bondan, harus mencoba mencicipi semua tempat jajanan warung yang unik dan eksotis di seluruh Indonesia ini. Ongkos untuk menikmati makanan seperti ini cenderung mahal dan borjuis. Sementara sikap hidup yang bersahaja dan sederhana, yang dicontohkan oleh orang-orang besar di jaman dulu, tentu amat berbeda dengan gaya hidup keplek ilat seperti ini. Contohnya founding father yang kebanyakan pelaku gaya hidup sederhana dan bersahaja. Mereka adalah orang rumahan yang suka hidup prihatin dan berpuasa misalnya. Mahatma Gandhi, Hatta, dan Haji Agus Salim. Mereka tidak sempat lagi memanjakan lidah atau mengenyangkan perut karena sibuk mengurusi hal-hal besar dalam revolusi-revolusi yang mereka perjuangkan.

Pun bisnis kuliner saya percaya menjauhkan orang dari kualitas makanan rumahan dan kebersahajaan serta makanan sehat ala rumah. Fakta memang menunjukkan di jaman sekarang, tempat kuliner bergeser secara substansial. Tempat kuliner atau warung yang unik dan khas, menjadi tempat nongkrong, meeting, hangout, kencan, dan pertemuan bisnis. Tempat kuliner bukan sekadar sebuah warung tempat membuang bosan para keplek ilat yang jenuh dengan masakan rumah atau karena tertarik dengan janda kempling si empunya warung. Di warung orang-orang sekarang membangun bisnis, jaringan, hingga konon tempat menemukan pasangan hidup.

Namun jika kita sempat membaca novel The Remains of The Day, karangan Kazuo Ishiguro, kita akan menemukan bahwa masakan rumah dan pelayanannya adalah sebuah hal yang ekslusif dan mempunyai peran penting dalam revolusi sebuah negara. Kisah dalam novel ini memang menceritakan tentang kisah seorang kepala pelayan rumah tangga di sebuah rumah bangsawan Darlington Hall milik Lord Darlington. Kepala pelayan mereka yang arif bijaksana itu bernama Stevens. Rumah tersebut mempertemukan beberapa tokoh seperti Mr. Churcill, Her Ribbentrop tangan kanan Hitler, dan orang-orang penting di jaman itu. Meja makan dan hidangan sehat serta lezat menjadi tempat bertemu dan berdiskusi orang-orang besar itu dalam merumuskan revolusi negara-negara mereka.

Dari novel inilah, suasana rumah yang classy dan berkelas serta tempat makan yang berkualitas menjadi sebuah wahana bagi orang-orang besar untuk merumuskan suatu negara.

Tapi, novel belakangan pun, seperti novel yang ditulis oleh Laksmi Pamuntjak yaitu Aruna dan Wabahnya, konon menceritakan tentang pesona wisata kuliner di Indonesia. Bahkan dikatakan novel ini adalah novel kuliner yang beraroma sastra. Para penggemar sastra dimanjakan lidahnya di novel ini dan para penikmat kuliner dapat menikmati pesona kuliner dalam perspektif baru: sastra.

Makanan Sehat Ala Rumahan adalah Sebuah Berkah
Sekali lagi saya percaya bahwa makanan sehat yang dibuat seorang ibu atau istri tercinta adalah kemewahan. Keahlian memasak dan menghidangkan makanan di rumah adalah sebuah berkah bagi keluarga harmonis. Pun, saya cenderung lebih mengamini tentang gaya hidup sehat adalah makanan yang terjaga kualitasnya serta terjaga faktor ekonomisnya. Bahkan kalau bisa terjaga barokahnya. Insya Allah.

Namun diakui juga perempuan di jaman sekarang banyak yang tidak bisa memasak. Mereka lebih banyak belajar tentang bisnis, membangun jaringan, making money, tetapi mereka lupa belajar untuk memasak. Waktu bersama keluarga yang biasanya berada di meja makan mulai bergeser di luar rumah, di tempat wisata atau di warung kuliner.

Sejatinya, menghidangkan makanan untuk keluarga dan kepandaian para istri dan ibu rumah tangga mengolah masakan adalah sebuah jiwa bagi rumah tangga yang kokoh dan harmonis. Bahkan, karena suasana rumah yang homey inilah banyak lahir seorang laki-laki yang kuat dan hebat, serta tumbuh anak-anak yang sehat yang dibesarkan oleh makanan sehat ibunya, yang kelak akan menjadi seorang pemimpin-pemimpin besar.

Para pemimpin Indonesia adalah contoh seperti itu. Mereka ingat akan karakter ibu mereka yang biasa mengasuh mereka dan memberi mereka asupan gizi yang sehat dari makanan-makanan rumahan mereka. Tidak ada kisah bahwa pemimpin-pemimpin besar itu selalu berkumpul di warung kuliner atau suka jajan di warung.

Makanan Sehat yang Sederhana tapi Berkualitas
Makanan sehat yang disajikan di rumah tidak harus selalu mahal untuk disebut berkualitas. Makanan sehat bisa hadir di rumah yang sederhana dan bersahaja. Pun bisa ditumbuhkan dari lahan sekitar kita yang bisa ditanami sayur dan buah-buahan. Bahan makanan juga tidak harus selalu impor dan komplet ala 4 sehat 5 sempurna. Kualitas bisa dicapai dengan kesederhanaan. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam di lingkungan sekitar kita, seperti bayam, pepaya, singkong, kacang panjang, juga bisa menjadi pilihan yang ekonomis juga berkualitas. Telur ayam kampung yang dipelihara sendiri juga bisa menjadi asupan gizi. Bahkan susu kambing yang kita pelihara pun bisa memberikan gizi yang terbaik bagi keluarga.

Sudah saatnya rumah-rumah kita didesain untuk tempat menanam sayuran serta produsen makanan sehat seperti ini. Manfaatkan lahan kosong untuk bertanam sayur dan buah-buahan. Bahkan, di jaman sekaang dikenal dengan istilah tanaman organik yang ditanam tanpa lahan tanah. Cukup dengan instalasi yang sederhana dan murah bisa membuat lahan di tempat yang sempit, baik itu di kota maupun di perumahan. Malah, jika lahan ini bisa produktif dapat juga membantu perekonomian rumah tangga.

Perlu juga dibentuk sikap sederhana dan bersahaja, tidak suka jajan di warung kecuali memang terpaksa harus membeli di warung. Hal ini ditanamkan dari anak-anak hingga kepada pasangan. Selain gaya hidup sederhana ini bisa membuat pengeluaran tidak membengkak, dan akan lebih menanamkan sikap bersahaja dalam rumah tangga. Uang bisa diarahkan pada hal-hal yang lebih prioritas lagi.

Seorang perempuan juga harus melengkapi keahlian memasak untuk keluarga. Table manner yang indah juga bisa menjadi faktor kelanggengan rumah tangga terutama dengan pasangan. Seorang perempuan cantik tidak bisa memasak terkadang menjadi ‘cermin buruk’ di mata suami yang tentu ingin merasakan masakan rumah atau tatkala ia kangen dengan masakan rumah yang dulu pernah dibuatkan ibunya.

Sekali lagi, Makanan Sehat Bukan Gaya Hidup Keplek ilat
Sekali lagi makanan sehat bukan hegemoni restoran atau tempat makan kuliner yang direkomendasikan oleh televisi, pak Bondan, dan para keplek ilat yang memenuhi warung-warung kuliner.

Gaya hidup kuliner di satu sisi adalah konsumtif yang dikemas dalam gaya hidup modern. Tidak harus selalu dituruti walaupun kadang ia dimanipulasi menjadi wahana kegembiraan bagi keluarga modern. Kebahagiaan sejati lebih tumbuh pada kebersamaan keluarga, teman, saudara yang cukup mengenal tentang diri kita, keluarga kita dan anak-anak kita. Salah satu cara itu bisa kita undang mereka hadir di tengah keluarga kita, bersantap makanan bersama kita. Bagi mereka yang kaya dan bangsawan mungkin bisa menghadirkan suasana Darlington Hall bagi relasi-relasi bisnis yang penting. Kesejatian memang menjadi attitude yang perlu kita capai terutama dalam bersantap makanan sehat. Dan sebagai pungkasan, makanan sehat ala rumahan dalam keluarga yang nyaman adalah sebuah berkah dari untuk keluarga Indonesia.

0 comments:

Post a Comment